Tata Susila Agama Hindu

Juni 4, 2009

Inti ajaran Agama Hindu terdiri dari tiga bagian yang disebut Tri Kerangka Agama Hindu. Tri kerangka agama Hindu tersebut terdiri dari Tattwa (Filsafat) , Susila (Etika), dan Upacara (Ritual). Ketiga aspek ini sangat erat hubungannya. Satu sama lainnya saling mengisi.

Pada bab ini akan di jelaskan bagian yang kedua dari Tri kerangka ajaran Agama Hindu tersebut yaitu Susila atau Etika. Susila berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya tingkah laku yang baik,atau menunjukan kebaikan. Kata susila mengandung perbuatan baik atau tingkah laku yang baik.Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, mereka saling membutuhkan satu sama lainnya untuk melangsungkan kehidupan. Dalam hidup bersama diperlukan adanya suatu peraturan – peraturan untuk mengatur kehidupan. Peraturan dalam bertingkah laku yang baik dan benar disebut Tata Susila. Tata Susila berarti peraturan tingkah laku yang baik dan mulia yang harus menjadi pedoman hidup manusia. Tujuan tata susila ialah untuk membina hubungan yang selaras atau perhubungan yang rukun antara seseorang (Jiwatman) dengan mahluk yang hidup disekitarnya.  Agama merupakan dasar dari tata susila. Jika tata susila dibangun dengan berlandaskan atas dasar agama yang kokoh dan kekal, niscaya tata susila itu akan meresap dan tumbuh didalam diri pribadi seseorang. tata susila Agama Hindu dibangun atas dasar kebenaran yang maha adil, Jika bertentangan dengan hal ini akan timbul ketidakselarasan di dalam mahluk. Dari itu, kebenaran yang mutlak berdasarkan peri kemanusiaan.

Tata Susila dapat membina watak manusia agar bisa menjadi anggota keluarga atau anggota masyarakat yang baik, dan menjadi manusia yang berkepribadian mulia, serta dapat membimbing mereka untuk mencapai kebahagiaan. Selain itu, tata susila juga dapat menuntun seseorang untuk menyatukan dirinya dengan mahluk sesamanya dan kemudian akhirnya menuntun mereka untuk mencapai kesatuan Jiwatman (roh) dengan Paratmatma (Hyang Widhi Wasa atau Brahman).

Adapun kebahagiaan yang abadi, akan dapat dirasakan apabila roh seseorang (Jiwatman) dapat bersatu dengan Sang Hyang Widhi, karena kesatuan antara jiwatma dengan sang Hyang Widhi itu dapat memberikan kebahagiaan yang diliputi oleh perasaan tenang, tenteram, dan damai karena murninya roh (atma) yang disebut dalam istilah sanskrit Ananda.

Di dalam kitab – kitab Upanisad terdapat suatu dalil yang berbunyi  “Brahma atma aikyam”, yang artinya tunggalnya paramatma (Brahman) dengan jiwatman (Roh) semua makhluk. Dengan dalil ini kita akan merasakan kebijaksanaan yang mendalam, bahwa sesungguhnya kita adalah satu dan sama dengan makhluk lainnya. Berdasarkan tunggalnya Sang Hyang Widhi dengan jiwatman maka berarti tunggalnya pula antara jiwatman seseorang dengan jiwatman lainnya. Itu berarti, setiap perbuatan baik ataupun tidak baik yang dilakukan seseorang kepada orang lain, berarti juga berbuat baik atau tidak baik kepada dirinya sendiri. Maka dari itu muncullah suatu ajaran yang disebut “Tat twam asi”.

Tat twam asi berarti, Dikalaulah (Tuhan) itu, semua makhluk adalah Engkau. Engkaulah awal mula roh (jiwatman) dan zat (prakerti) semua makhluk. Aku ini adalah makhluk yang berasal dari-Mu. Oleh karena itu jiwatmanku dan prakertiku tunggal dengan jiwatman semua makhluk dan Dikau sebagai sumberku dan sumber semua makhluk. Oleh karena itu Aku adalah Engkau, aku adalah Brahman “Aham Brahma Asmi”. (Brhadaranyaka Upanisad 14.10.)

Jadi prinsip dasar dari susila Hindu adalah adanya satu atman yang meresapi segalanya. Ia merupakan roh terdalam dari dari semua makhluk, yang merupakan kesadaran murni.

Ajaran susila merupakan hal yang sangat penting didalam kehidupan manusia agar tecipta kehidupan yang rukun dan damai antar sesama manusia. Ajaran susila ini hendaknya diusahakan agar tertanam di dalam diri setiap manusia. Ajaran susila hendaknya diterapkan dalam kehidupan kita di dunia ini, karena hanya di dunia inilah tempat kita berkarma. Telah menjadi kenyataan bahwa perhubungan yang selaras atau rukun antara seseorang dengan mahluk sesamanya, antara anggota-anggota sesuatu masyarakat, suatu bangsa, manusia dan sebagainya, menyebabkan hidup yang aman dan sentosa. Suatu keluarga masyarakat bangsa atau manusia, yang anggota-anggotanya hidup tidak rukun atau tidak selaras pasti akan runtuh dan ambruk. Perhubungan yang rukun dan selaras berarti kebahagiaan dan perhubungan yang kacau, atau tidak rukun berarti malapetaka.

Membenahi diri sendiri adalah prioritas yang utama, di samping membenahi diri dalam hubungan dengan orang lain. Kelahiran ini ibaratkan tangga untuk mencapai sorga. Oleh karena itu, kesempatan ini kita manfaatkan untuk meningkatkan diri dalam kebajikan agar tidak masuk ke neraka pada saat dunia akhirat. Untuk meningkatkan diri, manusia harus mampu membangkitkan sifat – sifat baik dan mulia yang ada di dalam dirinya. Pada dasarnya dalam diri manusia ada dua kecendrungan, yakni kecendrungan berbuat baik dan kecendrungan berbuat jahat. Sri Kresna dalam kitab Bhagawadgita telah membagi kecendrungan budi manusia atas dua bagian,  yaitu :

  1. Daiwi Sampad, yaitu sifat kedewaan.
  2. Asuri Sampad, yaitu sifat keraksasaan.

Daiwi Sampad bermaksud  menuntun perasaan manusia kea rah keselarasan antara sesama manusia.Sifat – sifat ini perlu dibina. Perkembangan kecendrungan sifat – sifat Daiwi Sampad dan Asuri Sampad pada manusia ada yang timbul karena faktor luar dan ada pula faktor dari dalam diri sendiri, serta ada pula dari kedua faktor tersebut.

Manusia didalam bertingkah laku sangat di pengaruhi oleh tiga sifat yang disebut Tri Guna, Tri Guna adalah tiga macam sifat manusia yang mempengaruhi kehidupan manusia. Tri Guna terdiri dari :

  1. Satwam atau sattwa adalah sifat tenang.
  2. Rajas atau rajah adalah sifat dinamis.
  3. Tamas atau tamah adalah sifat lamban.

Tri Guna terdapat didalam diri setiap manusia hanya saja ukurannya berbeda – beda. Tri Guna merupakan tiga macam elemen atau nilai – nilai yang ada hubungannya dengan karakter dari makhluk hidup khususnya manusia.

(diringkas  oleh I Putu Agus Arta Wibawa)

Sumber :

–    Widya Dharma Agama Hindu

–    http://okanila.brinkster.net/mediaFull.asp?ID=353&cat=

Tinggalkan komentar